“
Perusahaan pasti terdiri dari banyak orang-orang brilian yang sudah pasti menghasilkan rencana-rencana yang brilian pula. Manuver strategis terencana untuk masuk ke dalam bisnis yang berpotensi jutaan dolar tentu terdengar merdu di telinga para pemegang kepentingan. Walaupun begitu, sebaik apapun rencana tersebut dirancang, ia masih memiliki kemungkinan untuk gagal, mengapa begitu? Semuanya tergantung dari sebaik apa suatu perusahaan mengatur perencanaan mereka.
Invasi pantai Normandy yang terkenal ketika Perang Dunia ke-2 adalah ilustrasi yang bagus untuk menggambarkan rencana yang terorganisir dengan baik. Di dalam sejarah, sudah diakui bahwa pasukan Axis adalah yang lebih superior jika dibandingkan dengan pasukan aliansi. Tapi tentu kita tau bagaimana sejarah ini berakhir, kemenangan yang pantas untuk pasukan Aliansi.
Bahkan ketika kita menganalisa situasi ini lebih dalam, sulit dimengerti bagaimana pasukan Axis dapat kalah. Selain lebih superior, pasukan Axis juga tau bahwa pasukan Aliansi akan datang, mereka tau dimana pasukan Aliansi akan mendarat, bahkan mereka tau strategi pasukan Aliansi. Pada dasarnya, mereka memiliki semua yang mereka perlukan untuk memenangi perang ini; mereka mempunyai rencana kuat untuk menghancurkan musuh seketika mereka mendarat di pantai Normandy.
Bukan hanya kurang orang, pasukan Aliansi juga kebanyakan terdiri dari orang-orang muda tak berpengalaman yang dikumpulkan secara tergesa-gesa, mereka juga target terbuka di hadapan pasukan Axis; mereka dihujani peluru, mortar, dan granat dari kiri, kanan, dan tengah. Di babak awal invasi, pasukan Aliansi dihajar habis-habisan, itu merupakan pembunuhan masal. Akan tetapi, pasukan Aliansi memiliki senjata rahasia di tangan mereka: setiap orang di dalam pasukan, apapun pangkat atau posisinya mengetahui peran mereka di invasi ini; masing-masing mereka tau persis apa yang harus mereka lakukan, ketika mereka mendarat di pantai mengerikan itu. Bahkan ketika mereka mendarat di bagian pantai yang salah, dengan sigap mereka berkoordinasi untuk bergerak ke pos mereka masing-masing.
Sedangkan di pasukan Axis, hanya sebagian dari pemain kunci mengetahui strategi untuk mengalahkan pasukan Aliansi. Sisanya hanya menerima instruksi dari atasan mereka. Hasilnya? Kebanyakan dari mereka hanya menunggu instruksi ketika ada perkembangan baru di medan perang, dan mereka mudah terkacau balau ketika mereka disergap tiba-tiba, selagi para atasan mereka berargumen untuk menentukan langkah selanjutnya. Singkat cerita, walaupun dengan kekuatan yang cukup besar untuk menaklukkan seluruh benua Eropa, mereka gagal mengalahkan pasukan Aliansi yang terorganisir.
Sebagian orang berkata bahwa bisnis itu perang, jika benar begitu, pelajaran dari invasi epik ini tentulah sangat berharga. Kita semua tau bahwa pasukan Axis dipersenjatai dengan lengkap, mereka menguasai pergerakan pasukan aliansi, mereka tau dari mana. Dengan apa, dan kapan pasukan Aliansi akan menyerang. Tapi semua upaya, rencana, dan persiapan mereka yang seharusnya menghadiahkan kemenangan mutlak, tidak menghasilkan apa-apa karena sistem yang kaku yang tidak memperbolehkan mereka untuk berorganisir kapanpun mereka mau. Sama seperti di medan perang, perusahaan yang sukses harus menempatkan kemampuan berorganisir sebagai prioritas, setingkat dengan fase perencanaan dan strategi mereka; untuk memastikan implementasi rencana mereka berjalan dengan lancar.
[ake]”
Leave a Reply