Seberapa sering kita menyuruh orang lain untuk mengerjakan pekerjaan kita sendiri? Hal ini dapat terjadi karena berbagai alasan seperti: tidak memiliki waktu yang cukup dan tempat yang tepat untuk melakukan pekerjaan tersebut, atau karena pekerjaan tersebut begitu besar sehingga kita harus bekerja dengan orang lain untuk dapat menyelesaikannya tepat waktu. Dalam situasi kerja hal ini sering terjadi, bukankah akan sangat indah jika orang lain dapat melakukan pekerjaan tersebut sesuai keinginan kita, seperti saat kita melakukannya sendiri?
Sebaik apapun pekerjaan orang lain, kenyataannya selalu yang tidak sempurna. Kita sering menemukan hasil pekerjaan orang lain tidak memenuhi standar yang sudah kita tetapkan. Di perusahaan lokal di mana teman penulis bekerja, pernah ada kasus yang relevan dengan masalah ini. Hal itu dimulai dengan sang Direktur yang akan membuat kalender baru untuk tahun 2013, suatu pekerjaan rutin untuk perusahaan ini, tetapi karyayan yang biasanya melakukan pekerjaan ini sedang sibuk, oleh karena itu, sang Direktur memutuskan untuk meminta orang lain untuk melakukannya.
Sang karyawan pengganti segera melakukan tugas tersebut setelah mengajukan beberapa pertanyaan terlebih dahulu, seperti: ke mana harus pergi, berapa banyak kalender yang harus dicetak, dan berapa besar biayanya. Setelah itu, dia pergi dan kembali satu jam kemudian dengan pertanyaan lain, ia menanyakan ukuran kalender, kemudian ia pergi lagi. Beberapa saat kemudian ia kembali ke kantor, kali ini ia meminta uang lebih karena biaya percetakan telah meningkat dari tahun sebelumnya. Mulai kesal, sang Direktur memberinya sejumlah uang yang cukup untuk mencetak kalender untuk dua tahun dan menyuruhnya pergi sekali lagi, kali ini dengan pesan “saya tidak ingin melihat Anda kembali tanpa kalender! Jika kamu ingin meminta sesuatu telepon saja, atau kirim foto jika masih tidak yakin!”
Sekali lagi, karyawan tersebut kembali ke percetakan. Setelah menelpon beberapa kali dan mengambil foto untuk verifikasi, akhirnya dia mendapatkan persetujuan dai sang Direktur, dan dapat kembali ke kantor. Akan tetapi kalender tersebut tidak sesuai dengan selera sang Direktur dan itu membuatnya semakin marah. Akhirnya dia memutuskan untuk menyerahkan pekerjaan kalender itu kembali kepada karyawan yang pernah mengerjakannya. Dengan caranya, waktu, dan pertimbangan dia sendiri, karyawan ini mampu menghasilkan kalender yang sesuai dengan harapan sang Direktur.
Apakah ada satu orang yang bisa dapat disalahkan untuk kejadian ini? Apakah si karyawan karena tidak dapat bekerja sesuai dengan instruksi sang Direktur? Atau sang Direktur yang tidak bisa mengkomunikasikan ekspektasinya dengan cukup baik? Sang Direktur dapat mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik dengan cara memberdayakan karyawannya, dengan tidak memarahinya secara berlebihan. Tujuan dari pemberdayaan adalah untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan keinginan kita, tetapi dilakukan oleh orang lain. Menyuruh orang lain melakukan pekerjaan kita itu mudah, tetapi belajar dari kejadian di atas, ternyata masih ada beberapa kesulitan yang harus dihadapi.
Kemarahan sang Direktur mungkin dapat dianggap sebagai salah satu cara untuk memberdayakan si karyawan, tapi ini bukan cara terbaik untuk si karyawan untuk dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan keinginan sang Direktur. Akan lebih baik jika sang Direktur memberikan inisiatif kepada si karyawan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan kalendernya. Pada kenyataannya, itulah yang dilakukan oleh sang Direktur terhadap karyawannya yang satu lagi.
Oleh karena itu, untuk memberdayakan anggota tim, para pemimpin harus melengkapi anggota timnya dengan semua inisiatif yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan (misalnya: memecahkan masalah, membuat keputusan, meningkatkan kinerja, dll). Para pemimpin juga perlu belajar untuk mengelola ekspektasi mereka terhadap hasil pekerjaan yang disampaikan, dengan mengingat bahwa anggota tim mereka memiliki cara tersendiri untuk mengerjakan sesuatu. Untuk memberdayakan orang lain secara efektif, pemimpin harus membagikan segala informasi yang diperlukan, menentukan batasan inisiatif yang dapat diambil, dan juga sejumlah otonomi kepada anggota timnya sehingga mereka memiliki ruang gerak yang cukup untuk melakukan tugas yang diberikan, tetapi juga tahu kapan harus berhenti dan meminta saran dari atasan mereka.
Leave a Reply